Selasa, 05 April 2011

JEMBATAN

    Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata 
    bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi
 
    dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna.
 
    Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang
 
    jalanan yangberdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota.
 
    Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam
 
    para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan.
 
    Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase
 
    indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit
 
    mengucap
 
    tanah air kita satu
 
    bangsa kita satu
 
    bahasa kita satu
 
    bendera kita satu !
 
 

    Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan 
    mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan
 
    tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah
 
    yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang
 
    di antara kita ?
 
    Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot
 
    linu mengerang mereka pancangkan koyak-miyak bendera hati
 
    dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak ammpu
 
    mengucapkan kibarnnya.
 
    Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami.
 
 


Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkomentar;