Senin, 04 Februari 2013

Sabar Terhadap Zaman


Kadangkala aku melihat seekor singa sedang menggembala dan memangsa apa saja yang disukainya. Tetapi ada juga seekor singa yang kelaparan dan dahaga sepanjang masa.


(Demikian pula) aku melihat para bangsawan yang tidak mampu berbuat apa-apa, tetapi justru masyarakat rendahan dapat menikmati makanan yang enak dan lezat.

Memang, perjalanan hidup bagi para makhluk itu telah diatur sejak dahulu dan tidak seorangpun mampu mengubah pahitnya keputusan itu.

Maka, barangsiapa mampu memahami perubahan roda kehidupan zaman, ia akan bersabar menerima  cobaan dan tidak akan berkeluh kesah.

Peringatan Untuk Kaum Tua


Semangat jiwaku mulai redup lantaran rambut jambangku telah menyala dan mataku telah mulai rabun, padahal lentera malam masih bersinar terang.

Wahai burung hantu yang bertengger di atas ubun-ubunku, sayang sekali burung elang telah terbang berlalu.



Anda tahu umurku sudah renta, maka datanglah padaku. Tiada tempat lagi bagimu kecuali menunggu kematian.

Apa aku dapat menikmati kehidupan ini sesudah di atas nama uzurku, uban yang bermunculan tidak akan sirna lantaran diberi warna.

Apabila warna kulit seseorang telah menguning dan rambut telah memutih, maka segala yang enak pada hari kemarin, kini terasa tidak menyenangkan.

Maka tinggalkan segala keburukan, karena hal itu tidak layak dikerjakan oleh jiwa yang takwa.

Dan mulai laksanakan membersihkan jiwa sebagaimana layaknya membersihkan harta apabila telah sampai nisabnya.

Berbuat baiklah terhadap majikan, pasti anda akan mendapat budaknya. Maka sebaik-baik berdagang adalah mencari keuntungan.

Janganlah berjalan di atas bumi ini dengan sombong, karena sebentar lagi anda akan ditanam oleh pasirnya.

Siapapun yang menikmati dunia ini maka sesungguhnya aku (bumi) akan menelan dia. Dan bagi yang hidup berkecukupan atau yang sengsara akan digiring kepadaku tanpa pandang bulu.

Aku tidak melihat dunia ini kecuali tipuan dan kebatilan, sebagaimana fatamorgana yang berkilauan di atas hamparan tanah lapang.

Tiada sesuatu di dunia ini kecuali bangkai yang memperdayakan anjing-anjing untuk memburu dan memakannya.

Apabila anda menjauhinya maka akan selamat, namun jika anda terperdaya, maka akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing itu.

Maka berbahagialah bagi jiwa yang tetap bersemayam dalam lubuk hati, meski dengan pintu terkunci rapat namun tirainya tetap melambai-lambai.

Senin, 21 Januari 2013

SAJAK ORANG KEPANASAN


Karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu



Karena kami kucel
dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek
dan kamu mengunci pintu
maka kami mencurigaimu

Karena kami telantar dijalan
dan kamu memiliki semua keteduhan
Karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar
maka kami tidak menyukaimu

Mendemo Tuan Kadi

-->
Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.

Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menutup kitab mereka.

"Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu."

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan berddfa di pihak yang benar.

Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.


Berkata Abu Nawas,"Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak Tuan Kadi yang baru jadi."

"Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan.

"Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!" kata Abu Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu, jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan iemparilah dengan batu."

Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi. Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.

Kamis, 17 Januari 2013

SAJAK ANAK MUDA


Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur.
Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukum


Kita melihat kabur pribadi orang,
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.

Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksud
untuk mengerti itu semua ?
Apakah kita hanya dipersiapkan
untuk menjadi alat saja ?

inilah gambaran rata-rata
pemuda tamatan SLA,
pemuda menjelang dewasa.

Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.
Bukan pertukaran pikiran.

Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan,
dan bukan ilmu latihan menguraikan.

Dasar keadilan di dalam pergaulan,
serta pengetahuan akan kelakuan manusia,
sebagai kelompok atau sebagai pribadi,
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.

Kenyataan di dunia menjadi remang-remang.
Gejala-gejala yang muncul lalu lalang,
tidak bisa kita hubung-hubungkan.
Kita marah pada diri sendiri
Kita sebal terhadap masa depan.
Lalu akhirnya,
menikmati masa bodoh dan santai.
Di dalam kegagapan,
kita hanya bisa membeli dan memakai
tanpa bisa mencipta.
Kita tidak bisa memimpin,
tetapi hanya bisa berkuasa,
persis seperti bapak-bapak kita.